Denzel Washington menghancurkan tengkorak dalam seri thriller aksi Antoine Fuqua yang ketiga, yang penuh dengan klise, terduga, tetapi menghibur.
Pembaca yang berusia tertentu akan mengingat seri TV tahun 1980-an berjudul sama yang dibintangi oleh Edward Woodward, yang menjadi inspirasi longgar untuk film ini. "Longgar" adalah kata kunci di sini, karena The Equalizer 3 memiliki sedikit kesamaan dengan materi sumbernya. Tapi, demikian juga dengan film-film sebelumnya. Saya menikmati yang pertama, hampir tidak bisa mengingat yang kedua, dan yang ini? Nah, ini adalah nonsens ultravilol, kali ini diset di lanskap Italia dan Sisilia yang indah, dengan Denzel Washington yang selalu andal tetap menjadi alasan utama untuk mengekspos diri pada kekacauan yang dipenuhi klise ini.
Klise datang begitu cepat dalam entri ini, terutama klise penjahat mafia yang satu dimensi. Para penjahat ini yang tak bisa ditebus hidup dalam vila mewah yang dipenuhi dengan patung-patung Romawi dan mengunyah spaghetti sebelum meneror penduduk setempat untuk uang perlindungan. Ada beberapa nonsense yang berlebihan tentang narkoba dan terorisme yang terjalin dalam permainan mereka juga, yang menarik perhatian agen CIA Emma Collins (Dakota Fanning), setelah dia mendapatkan petunjuk dari Robert McCall (Washington). Tapi saya sudah terlalu jauh.
Film ini dibuka dengan mantan pembunuh McCall, yang seharusnya sudah pensiun, menghancurkan sebuah rumah anggur di Sisilia yang dikelola oleh penjahat kejam. Selama pelariannya, dia menerima luka tembak yang diberikan oleh seorang anak laki-laki yang terlewatkan dalam serangannya (sebuah alur cerita yang menjanjikan tetapi tidak mengarah ke mana-mana). Selanjutnya, McCall berakhir di pantai Italia di tangan seorang dokter baik hati (Remo Girone) yang merawatnya kembali ke kesehatan.
Selama pemulihannya, McCall menjalin hubungan dengan penduduk setempat yang ramah di pasar dan kafe-kafe di sebuah kota kecil yang indah di pantai. Salah satu momen lucu adalah ketika pemilik kedai kopi lokal, Aminah (Gaia Scodellaro), memberitahunya bahwa "teh adalah minuman nenek-nenek dan orang Inggris." Petunjuk tentang hubungan romantis yang berkembang muncul ketika dia menawarkan untuk memasak untuknya. Semuanya menjadi seperti "Cinema Paradiso" dalam satu adegan ketika film diproyeksikan ke dinding untuk dinikmati oleh orang-orang di alun-alun, dan McCall mulai bertanya-tanya apakah dia bisa menetap di surga ini.
Penulis artikel ini dapat Anda temui di tautan berikut.